Senin, 18 Juli 2011

BIO-EXTRIM- PUPUK HAYATI MAJEMUK CAIR

Para ahli tanah memperkirakan bahwa ± 75% dari total lahan pertanian kita khususnya di pulau Jawa dan Bali mengalami kerusakan, ibarat orang sedang sakit karena over dosis, karena pemakaian pupuk kimia sintetis secara berlebihan
lepas kendali dalam waktu puluhan tahun tanpa kombinasi pemakaian pupuk organik, sehinga menguras ke­tersediaan hara organik yang terkan­dung di lahan pertanian. Yang berakibat peningkatan kebutuhan pupuk kimia dari waktu ke waktu jika tidak, maka produktivitas per hektar akan menurun drastis, tidak feasible agribisnis.
Lebih dari 79 % Nitrogen (N) berada di udara alam bebas, padahal Nitrogen mutlak dibutuhkan oleh semua tanaman. Ada beberapa mikroba simbiosis maupun non simbiosis mampu mengikat/menambat Nitrogen di udara alam bebas tersebut, untuk disuplai ke tanaman. Mik­roba penambat Nitrogen yang simbiotik meliputi: Rhizobium sp., Actonomicyetes sp.  dan lain-lain. Mikroba penambat Ni­­t­rogen non-Simbiotik meliputi Azoctobacter sp., Azospirrilum sp., dan lain-lain.
Banyak unsur makro Phosphat (P) dan Kalium (K) yang mengalami perlengketan, belum larut sehingga tidak bisa diserap untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Padahal unsur-unsur makro tersebut mutlak dibutuhkan oleh semua tanaman. Ada beberapa mikroba yang mampu mela­rutkan Phosphat dan Kalium tersebut, hal ini tentu sangat membantu petani. Mikroba-mikroba pelarut Phosphat dan Kalium meliputi Psudomonas sp., Bacillus sp., dan lain-lain.
Mikroba-mikroba tersebut bagai pabrik ”Nitrogen (N), Phosphat (P) dan Kalium (K)” bahkan mikroba dalam komposisi jumlah populasinya extrim mampu menghasilkan fitohormon (zat perangsang tumbuh/ZPT) alami, hormon yang di­sekresikan meliputi Sitokonin, Auksin (IAA), Giberrelin (GA), Ethilena dan lain-lain. Hormon ini sangat-sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk memacu percepat­an keluarnya akar, memacu percepatan vegetatif dan memacu percepatan pembungaan maupun pembuahan. Ini terjadi karena proses pembelahan sel, memperbesar ukuran sel, penjarangan antar ja­ringan yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas per hektar secara tajam.
Mikroba dengan jumlah esktrim terbukti bisa menjadi  Bio Pestisida (pestisida organik), dengan sekresinya mampu membasmi penyakit akar gada pada sayuran yang selama ini banyak menjadi penyebab bangkrutnya petani sayur.
Mikroba penambat Nitrogen dan pelarut Phosphat, Kalium yang biasa de­ngan popular disebut “PUPUK HAYATI”. Sungguh sangat mendesak untuk kita kembangkan guna mengobati lahan pertanian kita yang sedang sakit over dosis pupuk kimia sintetis dan guna memacu percepatan terwujudnya kemakmuran para petani, yang saat ini sangat-sangat merindukan nikmatnya kemakmuran tersebut. Karena lahan pertanian bukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk hari ini saja tapi justru untuk umat banyak, kelestarian alam dan jangka waktu yang panjang.
Dunia pertanian bukan hanya sekedar dunia ilmiah yang bisa dihitung secara kalkulasi logis matematis, dan jauh lebih penting dari sekedar mengedepankan kepintaran belaka, melainkan masalah pertanian adalah masalah “Budi Pekerti”. Usaha pertanian sesungguhnya didominasi oleh faktor keberpihakan Tuhan, faktor rejeki yang diberkahi. Untuk itu,  sudah sepatutnya kita harus mampu sadar untuk  menjabarkan cara berbudi pekerti melalui dunia pertanian yaitu melestarikan segenap ciptaan-Nya, terlebih makhluk yang nyata-nyata memberi manfaat banyak kepada kita kaum petani.
       Siapapun kita pasti setuju bahwa alam ini adil adanya, kita lahir di dunia sesungguhnya mengemban amanah untuk menjaga kelestarian alam semesta ciptaan-Nya, siapa yang memberi maka dia yang berhak menerima, siapa yang sabar dia yang subur, siapa yang bekerja dengan hati dia yang berhak untuk diperhatikan. Sesuai yang tertulis dalam Kitab Suci maupun Hadist:

 “Jangan remehkan kebaikan yang kamu lakukan karena kamu akan melihat (hasil) nya pada saat yang membahagiakan kamu
(Hadist dari Muhammad Baqir, Al Wasail 1:89)“

“Jangan kamu ikuti urusan kaum yang melewati batas, yang berbuat kerusakan dan tidak melakukan perbaikan (Asy-  Syu’ara: 151- 152)“.

3 komentar: